Wednesday, 27 July 2016

ISLAM YANG MENCERAHKAN

Presiden Bambang Yudhoyono pernah mengajak kita semua lebih-lebih para tokoh dan pendidik agama, untuk menghadirkan islam dengan wajah yang mencerahkan. diantara sekian banyak pembaca, tentu ada yang bertanya-tanya kepad asiapa kita bisa merujuk sebagai suatu model? Presiden bambangYudhoyono merujuk kepada wali songo sebagai suatu modek penghadira islam yang benar dan mencerahkan. nah selain itu ada pula tokoh yang yang menjadi model rujukan dalam formis muslim itu sendiri, yang sentuhan lansung dengan Eropa dan akrap dengan sederetan nama besar karya-karya para pemikir pencerahan Eropa, terutama Pencerahan Prancis. (French Enlightenment).
muslim reformis itu bernama Rifa'a Badawi Al-Tahtawi (1801-1873). dialah generasi reformmis priode awal di dunia modren yang punya kontak lansung dengan dunia Eropa. terutama prancis. selama 5 tahun, Tahtawi menghabiskan hidupnya di Paris sebagai penasehat Misi Militer Mesir di Ibukota Prancis itu. diluar tugas resminya, Tahtawi ternyata berdecak kagum dengan penceraha Prancis, dan bahkan sangat akrab dengan sejumlah pemikir garda depa dibalik pencerahan Prancis itu. demikianlah Tahtawi mengenal nama Voltaire, Roussec, Condillac, dan Montesquieu. sepulangnya ke negeri asala, yakni Mesir, Tahtawi menerjemahkan karya-karya voltaire dan Montesqiue -dua orang pemikir sebagi pencerahan Prancis- dan sekaligus menulis laporan mimikat selama di Prancis berjudul : Takhlis al-barz fi Talkhis baris. dalam "sekelumut laporan tentang kota Prancis " itu Tahtawi menunjukkan kekagumannya dan bahkan memuji kebajikan sosial orang-orang prancis, jiwa patriotisme mereka, ketidak sukaan mereka pada kemalasan, dan dedikasi mereka pada etos kerjayang giat, serta keahlian mereka dibidang ekonomi dan finansial/ keuangan.
kita umat muslim, dapat belajar dari apa yang dicita-citakan secara positif oleh Tahtawi. yakni, pentingnya umat islam mengobjektifikasikan aspek-aspek kebajikan normatif islam pada kebajikan sosial. etos kemalasan yang dikritik oleh orang-orang Prancis juga dapat diteladani umat islam untuk keluar dari : the Habits of Lazines": sikap hidup yang malas, yang menjadi akar-akar kemunduran umat islam di berbagai dunia islam. islam harus menjadi paduan moral spuiritual umat islam untuk meningkatkan etos kerja yang giat. semangat pencerahan Prancis yang dikagumi Tahtawi dapat kita teladi sebgai suatu inspirasi untuk melahirkan islam Indonesia yang mencerahkan: islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, kebajikan , keadaban, peradaban, modern dan kebebasan berpikir secara rasional.
muslim reformasi paska Tahtawi adalah Afagni (1839-1897). ketika prancis tahun 1880-an , Afgani bersama muridnya, Abduh, menerbitkan jurnal al-Urwah al-Wuthqa, yang menyerukan pentingnya persatuan umat islam untuk melaawan imperialisme.
namun di paris pula, afghani bertemu dan terlibat debat produktif dengan filsuf ternama Ernest Renan: dalam kapasitasnya sebagai seorang intelektual. dia membela islam dan muslim dari kritik pedas Renan.: sambil mengajukan tesis bahwa islam dan muslimpun rasional dan sedang berproses menuju modern. ketika berkunjung ke Paris, Murid afgani yang reformis dan terserahkan, Muhammad Abduh (1849-1905), juga membuat testinomimenarik. Abduh menemukan islam di Paris, tetapi tidak menemukan orang muslim di Paris.
ketika pulang ke negeri asalnya, mesir, dia justru menemukan "orang-orang muslim" tapi tak menemukan islam. peran muslim reformis Abduh kepada umat islam kira-kira demikian: nilai-nilai islam justru ditemukan di dan lebih diamalkan oleh orang-orang barat (prancis). ketimbang umta islma sendiri. Islam mahjudun bil muslimin: islam tertutupi oleh orang-orang islam sendiri. karena itu, umta islam harus direbut kembali keislamannya dan menghidupkan kembali spirit islam yang mencerahkan, yang selaras dengan semangat toileransi, keadaban, peradaban Modern, inilah islam yang benar dan sebenarnya: bukan islam yang mengajak bunuh diri dan membunuh orang lain. 

0 comments:

Post a Comment