Thursday 28 July 2016

TOLERANSI DALAM PROFETIK ISLAM


secara literal, ternyata sulit menemukan terminologi toleransi dalam kitab Suci Al-quran. anti tesis atas toleransi dalam al-quran adalah Intoleransi atau pemaksaan (coercion, ikrah) "la ikraha fi al-din" (Q.s, 2: 256), demikianlah firman Allah dalam Al-quran yang melarang "pemaksaan" agama. Al-quran menjunjung tinggi semangat toleransi atas kebebasan beragama, tanpa ada paksaan sedikitpun. Agama menjadi pilhan individu sesuai kehendak hatinya. jika anda beriman, silakan beriman. pun sebaliknya, jika anda mau kufur, yang secara literal menutup diri dari pintu kebenaran- juga dipersilahkan. ini prinsip toleransi yang luar biasa modern untuk zamannya. dan, pesan utama pewahyuan al-quran juga bervisi toleran : toleran terhadap kaum Kristiani, Yahudi, dan Arab poleteis semasa di Makkha.

ketika terminologi toleransi sulit ditemukan dalam Al-quran, kta pun dapat menjumpai terminologi toleransi justru melalui tradisi profetik islam. yakni, al-hanafiyya alsamha - sebagai termaktub dalam hadist nbau : " ahabbu al-din ila Allah al-hanifiyya al- samha" (agama yang paling dicintai disisi Allah adalah Al-haniyya al samha: agama yang berorientasi pada semangat untuk mencari kebenaran secara toleran dan lapang). disinilah, makna alsamha mengandung afinitas linguistik dengan tasamuh atau samaha ; sebuah terminologi modern Arab untuk merujuk pada toleransi. hadist nabi Nuh ini sering kali di pakai sebagai tujukan islam untuk mendukung toleransi atas agama-agama lain.

Alm. Professor Nurcholish Madjid senang sekali merujuk pada terminologi Al-hanifiyya al samha; tidak saja sebagai salah satu kunciutama untuk menjelaskan pentingnya toleransi dalam tradisi profetik islam, melainkan juga ditafsirkan sebagai sikap untuk senantasa mencari kebenaran secara toleran. ini artinya bahwa kita tidak boleh sekali-kali melakukan absolutisme dalam pencarian kebenaran. yakni, suatu sikap pada diri kita bahwasanya kebenaran dapat kita peroleh secara absolut sambil menutup pintu rapat-rapat kemungkinan saudara kita menemukan kebenaran serupa. itu mustahil ; tidak saja karena hal itu justru bertentangan dengan sabda Nabi untuk bersikap toleran dalam setiap usaha pencarian kebenaran, tetapi juga sikap absolutisme seperti itu mengarahkan kita pada sikap pemberhalaan diri, yang disebut dalam islam dengan istilah toghut, perberhalaan diri yang menutup diri kita dari pintu kebenaran.

makna toleransi dalam islam sebaliknya senantiasa disertaidengan sikap kerendahan hati dan lapang dada, sambil terus terbuka untuk mengakui adanya kemungkinan orang lain benar. toleransi adalah rintisan jalan ke arah inclusivisness ; keterbukaan diri untuk melihat kemungkinan pendapat orang lain benar, dan kemungkinan pendapat kita salah. kesadaran ini adalah bentuk kesadaran pikiran dan hati, yang dapat dicapai melalui paduan secara antara kematangan rasional. kearifan diri dan kebijaksanaan hati. inilah sejatinya toleransi secara inklusif, yang menjadi salah satu nilai fondasi dasar demokrasi modren. karena itu, pencapaian nabi pada priode madinah dinilai sosiolog terkemuka Amerika, robert N. Bellah, sebgai suatu pencapain yang luar biasa modern karena menjunjung tinggi prinsip toleransi dan egilitarisme antar warga.

0 comments:

Post a Comment